Tuesday, November 23, 2010

PANTUN KANAK KANAK

Anak rusa nani
Baru kembang ekor
Apa dosa kami
Lalu tidak tegur.

Buai laju-laju
Sampai puncak sana
Apa dalam baju?
Sekuntum bunga Cina

Timang tinggi-tinggi
Sampai cucur atap
Belum tumbuh gigi
Pandai baca kitab.

Ayam kedek-kedek
Beri makan padi
Abang sayang adik
Mesti ajar mengaji.

Burung kenek-kenek
Hinggap bawah batang
Apa pesan nenek
Cepat-cepat pulang.

Pok amai-amai
Belalang kupu-kupu
Bertepuk adik pandai
Malam nanti upah susu.

Susu lemak manis
Santan kelapa muda
Adik jangan menangis
Emak banyak kerja.

Air pasang pagi
Surut pukul lima
Bangun pagi-pagi
Siram pokok bunga.

Pokok bunga melur
Tanam tepi batas
Itik dah bertelur
Ayam dah menetas.

Lompat si katak lompat
Lompat dalam perigi
Cepat adik cepat
Pergi mandi cuci gigi.

Lompat si katak lompat
Lompat di tepi pagar
Sekolah lekas dapat
Dan mesti rajin belajar.

Lompat si katak lompat
Lompat di air tenang
Pergi sekolah cermat
Emak bapa hati senang.

Lompat si katak lompat
Lompat di rumput muda
Belajar kuat-kuat
Buat ilmu hari tua.

Anak lembu merah
Tambat di pokok asam
Adik kena marah
Tarik muka masam.

Burung Kakak Tua
Hinggap  di jendela
Nenek sudah tua
Giginya tingal dua.

Burung Kakak Tua
Ada anak empat
Nenek sudah tua
Jalan pakai tongkat.

Burung Kakak Tua
Bersarang celah batu
Badan sudah tua
Gigi jarang sana satu.

Durian atas titi
Pisang dalam dulang
Sukanya rasa hati
Abang sudah pulang.

Anak kumbang jati
Suka korek tiang
Senang rasa hati
Emak sudah pulang.

Geylang si paku Geylang
Geylang si rama-rama
Pulang marilah pulang
Marilah pulang bersama-sama.

Ayun anak ayun
Ayun hujung serambi
Bangun adik bangun
Jangan tidur tinggi hari.

Oh bulan mana bintang?
Atas puncak kayu ara
Oh tuan mana hilang?
Dalam dapur atas para.

Buai kaduk-kaduk
Kaduk naik ke rimba
Panjang janggut datuk
Buat tali timba

SANG KANCIL DENGAN BUAYA


Pada zaman dahulu Sang Kancil merupakan binatang yang paling cerdik di dalam hutan. Banyak binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi tempat tumpuan binatang-binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang sombong malah bersedia membantu kapan saja.
Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kawasan kediamannya telah berkurang, Sang Kancil pergi untuk mencari di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari itu, sangat panas dan terlalu lama berjalan, menyebabkan Sang Kancil kehausan. Lalu, ia berusaha mencari sungai terdekat. Setelah mengelilingi hutan akhirnya Kancil aliran sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang waktu, Sang Kancil minum sepuas-puasnya. Dinginnya air sungai itu menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.
Kancil terus berjalan menyusuri tebing sungai. Apabila terasa capai, ia beristirahat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rindang. Kancil berkata di dalam hatinya “Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang lezat-lezat.” Setelah rasa capainya hilang, Sang Kancil kembali menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaunan kegemarannya yang terdapat di sekitarnya. Ketika tiba di satu kawasan yang agak lapang, Sang Kancil memandang kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai. “Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut,” pikir Sang Kancil.
Sang Kancil terus berpikir mencari akal bagaimana cara menyeberangi sungai yang sangat dalam dan deras arusnya itu. Tiba-tiba Sang Kacil memandang Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya, apabila hari panas buaya suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa berlengah-lengah lagi kancil menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata,” Hai sahabatku Sang Buaya, apa kabarmu hari ini?” Buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari membuka mata dan didapati Sang Kancil yang menegurnya. “Kabar baik sahabatku, Sang Kancil.” Sambung buaya lagi, “Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?”
“Aku membawa kabar gembira untukmu,” jawab Sang Kancil. Mendengar kata-kata Sang Kancil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang dibawa oleh Sang Kancil, lalu berkata, “Ceritakan kepadaku apakah yang hendak engkau sampaikan?”
Kancil berkata, “Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini karena Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada kamu semua.” Mendengar nama Raja Sulaiman saja sudah menakuti semua binatang karena Nabi Sulaiman telah diberi kebesaran oleh Allah untuk memerintah semua makhluk di muka bumi ini. “Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun ke dasar sungai untuk memanggil semua kawanku,” kata Sang Buaya. Sementara itu, Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan. Tidak lama kemudian, semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai. Sang Kancil berkata “Hai buaya sekalian, aku telah diperintahkan oleh Nabi Saulaiman supaya menghitung jumlah kamu semua karena Nabi Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini.” Kata kancil lagi, “Berbarislah kamu merentasi sungai mulai dari tebing sebelah sini sampai ke tebing sebelah sana.”
Karena perintah tersebut datangnya dari Nabi Sulaiman, semua buaya segera berbaris tanpa membantah. Kata Buaya, “Sekarang hitunglah, kami sudah bersedia.” Sang Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mulai menghitung dengan menyebut “Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk,” sambil mengetuk kepala buaya hingga Kancil berjaya menyeberangi sungai. Ketika sampai ditebing seberang, Kancil terus melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak gembira dan berkata, “Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahwa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada hadiah yang akan diberikan oleh Nabi Sulaiman.”
Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya merasa marah dan malu karena mereka telah ditipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara hingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meninggalkan buaya-buaya tersebut dan menghilangkan di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.